Kamis, Januari 08, 2009

DOA EMAK UNTUK MUSLIM PALESTINA

Azan subuh hari ini, terasa berbeda dengan tigabelas hari yang lalu-ketika agresi militer Israel belum membombardir kawasan Gaza, Palestina. Hari ini terasa berbeda, karena lebih dari RATUSAN jiwa yang suci telah syahid menghadap Allah. Isreel la'natullah yang biadab dengan membabibuta menggugurkan saudara-saudara kami di Palestina. Hari ini terasa berbeda, karena puing-puing dan reruntuhan bangunan terserak di mana-mana. Hari ini terasa berbeda, karena malam terasa begitu gelap-gulita dengan terputusnya aliran listrik. Hari ini terasa berbeda, karena rumah sakit begitu penuh sesak dengan jenazah dan korban milisi Israel.

Yaa Allah,
Berikanlah kekuatan dan kesabaran kepada saudara-saudara kami di Palestina.



Yaa Allah, kami mengadu kepada-Mu,
Bahwa sesungguhnya Israel tidak pernah menghargai kehidupan muslim!
Mereka membantai kaum muslim di Gaza!
setelah memblokade dan membuatnya kelaparan berbulan-bulan!

Hanya kepada-Mu lah kami pun berkeluh-kesah
Tentang para penguasa muslim kami
Yang nyata-nyata tidak memiliki keberanian dalam membela jiwa dan kehormatan umat.

Yaa Allah,
Bukakanlah mata hati para pemimpin kami
Agar mereka menyadari tanggung jawabnya
dalam membela jiwa dan kehormatan umat

Padahal--dengan izin Mu,
Pasukan dari penjuru dunia Islam manapun sesungguhnya mampu menghentikan pembantaian Palestina. Jika saja pasukan dunia arab memiliki nyali untuk bertindak, bersatu, dan memenuhi tanggung jawab mereka di hadapan Allah untuk melindungi nyawa muslim di Palestina.

Padahal,
Ini bukan saatnya lagi untuk pertemuan, rapat dan gencatan senjata.
Israel lagi-lagi telah menumpahkan darah kaum muslim.
Dan Engkau telah menentukan JIHAD sebagai solusi terhadap tindakan biadab mereka.

Yaa Allah,
Berikanlah keberanian kepada pasukan muslim di seluruh dunia Islam
Untuk menghentikan pembantaian
Untuk bertindak
Untuk bersatu
Untuk memenuhi tanggung jawab di hadapan-Mu
Untuk melindungi nyawa muslim di Palestina
Untuk melakukan JIHAD tuk menghentikan kebiadaban Israel

Yaa Allah,
Bukakanlah mata hati para tentara muslim dan
kepada para pemimpin tentara muslim
tentang firman-Mu dalam qur'an surat An Nisa : 95,

"Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar"

Wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang,
Berikanlah hidayah Mu kepada kaum muslim seluruhnya
Bahwa hanya dengan khilafah,
pasukan muslim akan dapat berderap dan bergegas ke Palestina,
dimana Kalimat-Mu akan kembali menjadi tinggi.

Yaa Allah yang Maha Kuasa,

Hancurkanlah pasukan Israel
Gagalkan MISI mereka

Hilangkan khasiyat berbagai macam senjata
yang ditujukan pada saudara-saudara muslim kami

Selamatkan generasi muslim Palestina khususnya
Demi keberlangsungan agama Mu, Yaa Allah


Yaa Allah, Engkaulah yang Maha Mendengar
atas permohonan-permohonan kami.
Kabulkanlah permohonan-permohonan kami.
Amin.

Selasa, Agustus 26, 2008

Sirop Ramadhan Ayi


Suatu siang, anak-anak Emak sedang tidur siang. Emak sedang menyelesaikan setrikaannya.

Tiba-tiba...

"Kriing…!! Krriiiing….! Kriing…!! Krriiiing….!"

“Assalamu’alaikum…”

“Wa’alaikum salam..”

“Eh…Ayi , kumaha damang?”

“Alhamdulillah ceu, sae.”

“Kumaha si orok?”

“Alhamdulillah, sehat..lagi apa ceu?”

“Ini..lagi nyetrika…kumaha-kumaha, aya naon iyeu teh?”

“Ah…ga ada apa-apa. Iseng aja pengen telpon. Kebetulan si orok lagi bobo. Kerjaan udah pada beres sama si bibi. Ga kerasa ya ceu…udah mau shaum lagi.”

“Iya, alhamdulillah. Mudah-mudahan masih dikasih kesempatan untuk mencicipi Ramadhan tahun ini.”

“Kok ngomongnya begitu?”

“Yaa…kita kan tidak tahu, sampai kapan jatah umur kita…”

“Ceuceu kan masih muda…”

“Yaa…siapa tahu?”

“Ceu…”

“Kenapa yi…?”

“Udah punya apa buat Puasa?”

“Emmm….apa yaa? Udah punya bekal semangat untuk menyambut Ramadhan ..Sabtu kemaren ceuceu jadi moderator di acara menyambut Ramadhan.”

“Mending… Ayi mah belom punya sirop-sirop acan…”

“Ha-ha-ha… bekel itu maksudnya? Yang gituan mah emang belom nyiapin… bukan ga ingin, kemarin agak kekuras sama keperluan nyekolahin anak…”

“Meni sakit hati Ayi mah… Baru rasanya ngadepin Ramadhan gak punya persiapan apa-apa. Biasanya mah udah nyetok sirop, gula merah, kurma…Sekarang? Boro-boro! Bahkan beras sampe akhir bulan ini aja ngepas-ngepas…! Ceu…bisa pinjem duit gak?”

“He-he-he… bukannya ngeledek yi. Eceu juga sama…lagi deg-deg plas…! Cuma, eceu sekarang udah rada tenang, gak deg-deg plas lagi. Alhamdulillah jadi moderator kemaren di acara menyambut ramadhan. Jadi tercerahkan… intinya mah, ramadhan itu yang penting adalah usaha kita untuk menyucikan diri, beribadah sungguh-sungguh, sabar, mengharap ampunan Allah…”

“Aaah….si eceu mah! Masa dipepende yang begituan bisa tenang sih? Yang membuat hidup kita tenang mah, ceu, Cuma kecukupan materi! Pusing Ayi mah…dikasih ku si akang pas-pas an. Cicilan ini itu, tagihan listrik dan telepon, sisanya? Buat beli daleman aja gak cukup!”

“Astaghfirullah… Ayi istighfar..”

“Ayi mah gak semangat pokoknya ramadhan sekarang mah… Kalo ayi masih tinggal sama ambu dan abah mah..kayaknya gak akan gini-gini amat…Cuma sekarang kan ayi udah nikah…gak mungkin minta-minta terus sama ambu dan abah…”

“Jadi gimana atuh…?”

“Ya gitu… Ayi teh butuh pinjeman uang…”

“Aduh Ayi punten pisan…eceu bener-bener lagi kosong…”

“Ya udah lah…susah ya. Punya temen teh gak bisa diandelin… Mau pinjem uang malah diceramahin.. ya jaka sembung naik kuda…gak nyambung da…”

“Terserah Ayi mau marah sama eceu… Eceu Cuma mau pesen, jangan sampe Ramadhan Cuma sibuk sama persiapan persiapan seputar perut dan baju baru… Lebih baik kita menyiapkan diri kita untuk beribadah di bulan Ramadhan… Ayi masih ingat kan? Di bulan Ramadhan itu ada Malam ‘lailatul qadar’, ada ampunan Allah, ada pahala yang berlipat, ada…(emak belum selesai bicara, dipotong)...”

“aah..udahlah! ga ada uang bilang aja ga ada uang…pake belaga nasehatin segala… udah ya! Assalamu’alaikum!”

“Wa’alaikum salam”

Emak termenung… sedih
Sedih karena tidak bisa membantu kesulitan sahabat yang kesusahan…
Sedih karena tidak bisa membukakan mata hati sang sahabat tentang makna hakiki bulan Ramadhan

Terselip doa bagi sang sahabat..

Yaa Allah, berikanlah rizki yang halal dan thoyib untuk keluarga ayi khususnya
Tunjukkanlah jalan terbaik bagi kehidupannya..
bukakan mata hati pikiran dan perasaannya..

Sehingga Ayi menyadari makna hakiki dari bulan ramadhan.
Sehingga Ayi dapat mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan padanya.
Jangan Engkau biarkan Ayi hanyut dalam sungai kapitalisme yang begitu derasnya…

Ijinkan hamba mengulurkan segenap tenaga dan pikiran…
Agar ia tak hanyut dan jatuh ke jalan yang tak Kau sukai..

Jumat, Agustus 08, 2008

WALKOT IDAMAN: Dimanakah Engkau Berada?


Piwalkot menjelang Bandung. Kota yang dulu terkenal dengan sebutan kota kembang ini tak lama lagi akan memiliki walikota baru, atau paling tidak memperpanjang SIM (surat ijin memimpin) walikota lama. Maklumlah, dari 3 pasang calon walikota, satu diantaranya adalah Pak Dada Rosada yang kini menjabat walikota Bandung. Jadi, Bandung belum tentu memiliki walikota baru, jika Pak Dada masih "dipercaya".
Kamis, 7 Agustus 2008 kemarin di TVone terjadi debat seru antara ketiga pasang calon. Ya, biasa, berbagi informasi seputar program dan janji-janji yang akan membuat rakyat berkenan memilih mereka. Acara itu tentunya konsumsi para 'intelektual', orang-orang yang mau dengan objektif mendengar apa rencana mereka dan apa upaya mereka menangani masalah-masalah di Bandung yang banyaknya gak tanggung-tanggung.
Ada yang menarik tentang piwalkot kali ini. Di kompleks tempat tinggal emak, ketika pilkada lalu dimenangkan oleh pasangan hade cukup telak, 50% dari keseluruhan pemilih yang datang ke TPS. Tidak ada kampanye yang dilakukan oleh salah satu pasangan cagub saat itu. Namun untuk piwalkot sekarang ini, suasana di kompleks emak cukup hangat, kalau tidak boleh dibilang panas. Bagaimana tidak, Pak walkot datang ke kompleks emak disponsori oleh "masyarakat pecinta DS", untuk membagikan sembako. Penduduk kompleks bisa dibilang gengsi menerima bantuan sembako itu. Walaupun tipe rumah mayoritas tipe 36, tapi tidak terbiasa menerima sesajen sembako. Maka penduduk kampung yang letaknya menempel dengan kompleks emak pun ketiban rezeki. Pulang membawa sejumlah sembako cukup buat paling tidak 3 hari sampai satu mingguan. Pendukung cawalkot yang lain pun gerah. "Lihat, siapa yang main api duluan...." begitu diantaranya komentar salah seorang pendukung fanatik (baca: kader) pengusung cawalkot no 2. Maka mudah ditebak. Selang 2 minggu berikutnya, digelarlah ngobrol malam mingguan dengan cawawalkot di salah satu lapangan kompleks Emak. Sayang emak tidak tahu persis apakah memang acara itu sekadar ngobrol atau juga ada pembagian oleh-oleh bukti kadeudeuh awal dari sang cawawalkot. Kalau ingin bersaing, tentunya oleh-oleh yang dibagikan harus paling tidak sepadan dengan cawalkot sebelumnya, kalau tidak bisa melebihinya. Pak RW bilang, bahwa kompleks rumah emak harus terbuka dengan calon nomor manapun, dan warga RW nya harus dapat "menikmati" jamuan para cawalkot, terlepas dari siapa yang nanti akan terpilih. Tinggal cawalkot no 3 yang belum terdengar nyanyiannya di kompleks emak. Tapi secara pribadi, seorang kerabat menelpon, dengan pesan politis, "pilihlah no.3"...hahaha.. Ternyata semua memang sedang "berpacu dalam melodi".
Doa emak, mudah-mudahan ini bukan sekadar nyanyian politis yang hendak meninabobokan rakyat, atau menghipnotis rakyat, agar terpilih jadi walkot. Mudah-mudahan ada kesadaran di benak setiap cawalkot akan tanggung jawab berat yang kelak akan dipilkulnya ketika nanti terpilih. Semoga tidak ada pikiran korslet yang terselip di benak untuk mengembalikan "modal" kampanye yang tentunya jumlah nya berlipat-lipat kali dari uang yang biasa emak terima dari abah tiap bulannya. Satu hal yang emak harapkan, bahwa mereka akan jadi pemimpin yang memimpin dengan Islam. Walaupun tak satu pun dari mereka menyanyikan Islam di tengah kampanye ataupun leaflet yang disebar. Memimpin dengan Islam mudah diucap sulit dilakukan. Umar bin Khattab yang seringkali menjadi panutan dalam kepemimpinnnya dan dikutip oleh salah satu calon semboyannya semoga bukan sekadar untuk menarik massa Muslim hardliners dan sekadar lip service.
"Emak mau pilih yang mana?" begitu pertanyaan si teteh putri sulung emak.
Emak menjawab, "Sampai hari ini emak masih menelisik calon pemimpin yang kiranya akan menentramkan kita tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat, yang memimpin dengan Islam."
"Sudah selesai mencarinya, mak?" si teteh mendesak.
"Belum, masih mencari.." Emak menerawang
"Bagaimana jika belum dapet aja?" si teteh penasaran
Emak hanya tercenung, merenung, menerawang...apakah pilihan untuk memilih memang akan memperbaiki kota yang sangat dicintainya. Kota Bandung ini ibarat rumah yang hampir roboh bagi emak. Bahkan pondasinya pun perlu diperbaiki...Semoga ada pemimpin kota yang rela memperbaiki pondasi rumah emak ini sampai ke atapnya. Bukan sekadar memperbaiki atap yang bocor, dinding yang retak, jendela yang dimakan rayap dan cat yang mengelupas. Semoga...

Senin, Juli 28, 2008

ANTARA SERULING DAN PIANIKA: DILEMA EMAK DI TAHUN AJARAN BARU


Akhir-akhir ini emak dibikin pusing tujuh keliling (atau lebih?). Mengapa? Anak pertama emak yang sudah kelas 3 SD ini banyak banget tuntutannya. Kalau dulu pernah dikenal TRITURA--Tri Tuntutan Rakyat, kali ini mungkin PANTURA--emPAt jeNis TUntutan muRid kelas tigA. Apa saja? Ketika liburan kenaikan kelas menjelang, tuntutan pertamanya adalah belikan seragam baru. Berhubung seragam lamanya sudah pungsat dan ngatung. Tuntutan pertama mulus dipenuhi. Tuntutan keduanya adalah belikan sepatu baru. Karena dianggap penting, sepatu pun alhamdulillah terbeli. Tuntutan ketiga masih berhubungan dengan sekolah dan emak pikir ini adalah tuntutan terakhir seperti halnya Tritura: belikan buku pelajaran sekolah dan LKS. Demi menghemat pengeluaran, emak sengaja beli buku di Palasari. Lumayan, dari duaratus ribu yang harus dibayarkan dapat korting dua lima persen alias 50rebu an. Maka emak pun menarik napas lega, karena semua tuntutan telah terpenuhi. Namun ternyata, di hari pertama sekolah, si teteh ini masih punya tuntutan lain: belikan pianika. (tahu kan?) emak pikir, pianika bisa dibeli dengan selembar uang biru bernilai 50ribu. Namun usut punya usut, pianika ini konon kata bu guruya berharga 200ribu tuk merk yamaha. Waduh! Tuntutan ke empat ini tidak terlalu dianggap penting oleh emak. Namun si teteh terus merengek dan memelas.. Karena pelajaran SBK (seni budaya dan kebudayaan) ini jadwalnya hari senin ini, maka si abah "terpaksa" meluncur ke toko Buku Karisma di Bubat demi terpenuhi tuntutan si Teteh. Sebelumnya, si teteh sudah di'lobby' untuk tidak memaksakan diri membeli pianika, dengan menggunakan seruling diatonis merk yamaha punya emak yang disimpan rapi di rumah nini. Sayangnya, di teteh terlanjur 'give up' duluan memainkan seruling ini mengingat tingkat kesulitan yang cukup lumayan. Suling nya jadi silung terus.. Dihitung-hitung, pengeluaran buat tahun ajaran baru ini memang mengejutkan: 3 pasang seragam baru sekitar 200ribu, sepatu 100ribu, buku dan LKS 300ribu!! (untuk satu orang anak SD!) Jadi kalau dijumlahkan sudah 600 ribu... padahal si teteh ini sekolah di sekolah negeri. Bisa dibayangkan anggaran yang harus disiapkan untuk sekolah swasta pasti berlipat! Bener juga kalau adan ungkapan: orang miskin dilarang sekolah. Karena walaupun SPP bulan Juli yang 16 ribu tidak juga ditagihkan sekolah kepada emak sampai tulisan ini dibuat, pengeluaran di luar SPP lebih dari 10 kali lipatnya... Kapan yaa ada pendidikan yang tidak membebani?? Kalau situasi kapitalistik seperti sekarang kayaknya ga mungkin. Kecuali kalau situasi berubah: ada kesadaran pemerintah mengurusi rakyat dengan sebaik-baik pengurusan, bukan sekadar kesadaran untuk memperkaya diri sendiri dan keluarga sendiri. Ingat dong pak, Imam itu harusnya bisa jadi pelindung, bisa bertanggung jawab sama rakyatnya. Jangan cuma manis mulut pas kampanye, tapi lupa daratan kalau sudah berada di lautan kekuasaan... Astagfirullah...

Minggu, Juni 01, 2008

Saatnya Peduli Ibu dan Generasi

Oleh Kholda Naajiyah

Kesadaran akan pentingnya tugas-tugas ibu yang tak tergantikan oleh siapapun ini, bahkan sudah menjadi trend di negara maju sejak lama. Di Amerika (yang sering menjadi barometer penggiat Feminisme), gerakan keluar rumah mulai ditinggalkan oleh kaum perempuan. Mereka berbondong-bondong memutuskan back to family. Berawal dari meluasnya sindrom Cinderella Complex, yakni perasaan akan kegamangan sebagai “public woman”, bermunculanlah organisasi-organisasi yang mendukung kembalinya kaum ibu kepada tugas domestik, sebagai pengatur rumah tangga dan pendidik utama anak-anak.

Mula-mula muncul Moms Offering Mom Support Club yang berdiri sejak 1983. Lalu Yayasan Mothers at Home yang berdiri 1984, Mothers & More tahun 1987 dan masih banyak lagi. Tak heran jika angka statistic partisipasi perempuan dalam karier di ranah public terus menurun (USA Today, 10/05/1991).

Di negeri ini, Majelis Ulama Indonesia pernah mengkampanyekan Gerakan Kembali ke Rumah pada tahun 2004 (Republika, 16/12/04). Sayang, gaungnya ditenggelamkan oleh jargon yang didengungkan oleh para aktivis perempuan. Entah tidak mengapa, adanya titik balik perjuangan kaum Feminis internasional yang terbukti telah gagal mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan tidak dijadikan pelajaran bagi Feminis di tanah air untuk merevisi gerakannya.

Akibatnya, Feminis di tanah air masih juga dengan lantang mengajak kaum ibu untuk berbondong-bondong keluar rumah dan mencari eksistensi diri di ruang publik. Dengan dalih kemandirian, khususnya kemandirian ekonomi, kaum perempuan dipaksa meninggalkan tugas dan kewajibannya sebagai ibu, pengatur rumah tangga sekaligus pendidik anak-anak.

Betapa tidak, kini lebih banyak anak-anak yang dibesarkan di Tempat Penitipan Anak (TPA), play group, kindergarten dan sejenisnya. Anak-anak tumbuh berkat sentuhan baby sitter dengan imbalan rupiah yang menggiurkan, bukan di tangan ibunya dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan serta gratis. Maklum, ibu yang semakin sibuk hanya punya waktu akhir pekan saja untuk memperhatikan buah hatinya. Itupun kalau tidak ada PR dari kantor atau tidak dinas ke luar kota.

Ibu-ibu juga semakin merasa benar dan tenang keluar rumah karena diperkuat oleh apologi yang salah kaprah, seperti “saya bekerja kan juga demi anak” atau “yang penting kan kualitas, bukan kuantitas.”Ah, benarkah anak-anak yang masih kecil-kecil itu mereka tanya dan memang menghendaki ditinggal ibunya? Juga, benarkah kualitas dapat dicapai tanpa memperhatikan kuantitas? Sebuah asumsi yang layak diperdebatkan kebenarannya.

Potret Buram Anak

Terabaikannya peran ibu sebagai pelahir generasi dan pendidik utama anak-anak, telah melahirkan sisi-sisi kelam dunia anak. Memang, terabaikannya peran ibu bukanlah “penyebab” tunggal, karena ada faktor sistemik seperti lingkungan dan negara yang berpengaruh. Namun fakta membuktikan, banyak anak-anak “gagal” lahir dari sebuah rumah tangga dimana tidak ada figur sentral sebagai pendidik.

Ketika kedua orang tua sama-sama sibuk mencari nafkah, ketika seorang ibu mengalihkan tugas pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya kepada pihak lain, lahirlah generasi-generasi bermasalah yang haus akan kasih sayang. Ya, kepribadian anak-anak dewasa ini cenderung labil, semakin tidak cerdas dan bahkan cenderung liar.

Kasus bunuh diri pada anak-anak, bahkan balita adalah contohnya. Selanjutnya anak-anak banyak yang terlibat seks bebas, narkoba, hamil di luar nikah, aborsi, hingga tindak kriminalitas. Bayangkan, di Kediri anak usia 12 tahun membunuh balita berusia 4 tahun. Dari mana inspirasi membunuh itu ia peroleh? Apakah orang tuanya mengajarkan? Tentu tidak.

Semua itu terjadi karena anak-anak kurang mendapatkan pelajaran dari orang tuanya, khususnya ibu. Sementara banyak sekali “pelajaran” yang ia serap dari mana saja, khususnya di luar rumah. Anak yang belum sempurna akalnya itu, sejatinya membutuhkan bimbingan untuk memilih mana yang benar dan mana yang salah. Ironisnya, ”bimbingan” itu mereka serap dari sumber yang salah. Entah dari teman-teman, artis idolanya, majalah, buku atau bahkan televisi.

Kembalikan Fungsi Keluarga dan Ibu

Ketika lahir, seorang anak merupakan makhluk yang tidak berdaya dan amat tergantung pada orang yang terdekat dengan dirinya. Dan, idealnya orang terdekat itu adalah ibunya. Menurut Neuman (1990) usia 20-22 bulan merupakan masa penting hubungan ibu-anak dan pembentukan diri individu, yang disebut Neuman primal relationship. Dalam pandangan ahli social learning maka apa yang dilakukan oleh ibu terhadap anaknya merupakan proses yang diadopsi oleh si anak melalui proses social-modelling. Bagaimana cara ibu mengasuh, apakah dengan penuh kelembutan dan kasih sayang atau apakah dengan kasar dan amarah serta penolakan akan membentuk perilaku manusia muda tersebut.

Begitu penting peran keluarga khususnya ibu dalam membentuk karakter anak sejak dini bahkan sejak ia di dalam kandungan. Keluarga memiliki peran yang besar disamping sekolah dalam memberikan pengetahuan tentang nilai baik dan buruk kepada anak-anaknya. Keluarga pulalah wadah dimana anak dapat menerapkan nilai-nilai yang diajarkan di sekolah, maupun di institusi keagamaan. Mengentaskan anak-anak bermasalah harus dimulai dengan mengembalikan fungsi keluarga sesuai nilai-nilai ajaran moral dan agama.

Fungsi keluarga akan berjalan dengan baik dimulai dari pembenahan kualitas calon pasangan suami istri, calon ayah dan ibu dan suami istri. Mereka hendaklah diberikan pembinaan dan pembekalan memadai supaya paham betul hak dan kewajiban sebagai seorang ayah dan ibu terhadap anak. Disamping memahami tangggung jawab mereka dalam melindungi hak-hak anak-anak mereka. Negara memfasilitasi segala upaya pengembalian fungsi keluarga terutama ibu pada posisinya semula.

Penutup

Bangsa ini sedang mengalami krisis rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM). Semua menyadari itu. Bahkan semua sepakat –termasuk negara— akan pentingnya melahirkan generasi-generasi yang berkualitas, baik dari sisi pendidikan, sain maupun moral. Generasi seperti itu hanya bisa terwujud dengan memberikan ruang yang nyaman bagi kaum ibu untuk mendidik anak-anaknya, khususnya pada usia dini. Sebab pada usia kritis inilah masa depan anak ditentukan. Untuk itu negara harus memberikan support demi keberlangsungan peran dan tugas kaum ibu. Inilah saatnya untuk peduli ibu dan generasi!(*)

Peminat masalah anak-anak, remaja dan wanita